Akui Pembangunan Bali Masih Timpang

1 week ago 2
ARTICLE AD BOX
Ketimpangan pembangunan di wilayah Bali utara dan selatan menjadi isu penting yang perlu diatasi melalui pengembangan ekonomi kreatif dan UMKM demi mewujudkan Bali yang inklusif, tidak hanya dikuasai oleh bisnis besar.

Hal itu disampaikan Pj Gubernur dalam kegiatan Temu Wirasa Stakeholders 2024 bertajuk ‘Creating Your Next Move in 2025: Enhancing Economic Resilience and Equality in Bali’ yang diselenggarakan oleh Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di kawasan The Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung, Rabu (13/11). Acara yang berlangsung secara hybrid ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para pemangku kepentingan dan masyarakat luas terkait tantangan pembangunan antara Bali utara dan Bali selatan. 

Mahendra Jaya mengakui bahwa perekonomian Bali masih terkonsentrasi di wilayah Bali Selatan. "Perkembangan di Bali selatan cukup pesat, namun Bali utara membutuhkan perhatian lebih agar potensi di bidang agrikultur, perikanan, dan pariwisata alamnya dapat tergarap optimal," ungkapnya. Ia menyampaikan perlunya pembangunan infrastruktur strategis seperti peningkatan jaringan jalan ke wilayah Bali selatan dan dukungan modal bagi UMKM di Bali utara. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pemerataan ekonomi di seluruh wilayah Bali dapat tercapai.

Dalam kesempatan itu Pj Gubernur memaparkan berbagai indikator pembangunan Provinsi Bali yang umumnya lebih baik dibandingkan rata-rata nasional. Misalnya, angka prevalensi stunting di Bali pada 2023 berada di angka 7,2%, lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional sebesar 21,5%. Dari segi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Bali mencapai angka 77,1% pada 2023, melampaui rata-rata nasional sebesar 74,39%. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2024 di Bali juga menurun menjadi 1,79%, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional sebesar 4,91%.

Kemiskinan di Bali pada Maret 2024 tercatat sebesar 4%, turun dari 4,25% pada Maret 2023. Angka kemiskinan ekstrem juga menurun menjadi 0,19% pada 2023. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Bali untuk tahun 2024 (y-o-y) di triwulan I, II, dan III masing-masing mencapai 5,98%, 5,36%, dan 5,43%, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Bali juga berhasil menjaga inflasi di kisaran 1-3%, dengan daya beli masyarakat yang tetap terjaga.

“Momen ini harus kita manfaatkan untuk memperkuat sektor ekonomi kreatif sebagai pilar ekonomi yang inklusif, terutama menghadapi dinamika global yang semakin dinamis," ujar Mahendra Jaya. Ia menekankan pentingnya memberdayakan potensi budaya, pariwisata, dan kreativitas masyarakat Bali untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan daya saing lokal. Mahendra Jaya berharap agar Temu Wirasa ini menghasilkan ide, solusi, dan rekomendasi konkret untuk memaksimalkan potensi Bali utara, sehingga dapat berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. “Dengan pendekatan ‘ngrombo’, mari kita bersama-sama mencari solusi untuk menghadapi tantangan ini,” imbuhnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui kebijakan moneter yang stabil serta pengaturan sistem pembayaran yang efisien.

Temu Wirasa ini juga menghadirkan narasumber mantan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, serta perancang busana sekaligus pengusaha Anne Avantie, yang berbagi pandangan mengenai langkah-langkah strategis untuk mendorong ketahanan ekonomi dan kesetaraan pembangunan di Bali. 7 ad, 
Read Entire Article