Bandara Bali Utara Diminta Tidak Gusur Situs Budaya

1 week ago 2
ARTICLE AD BOX
Ketua Umum Majelis Paiketan Puri Sejebag Bali, Ida Dalem Semara Putra sebagai Raja Puri Klungkung yang memegang peran penting dalam menjaga dan melestarikan budaya dan warisan Budaya dalam kehidupan masyarakat Bali menyatakan kehadirannya dalam pertemuan tersebut adalah untuk memastikan niat baik dalam membangun bandara di Bali Utara sebagai pemerataan ekonomi tidak lantas merusak peradaban Budaya.

“Kawasan Kubutambahan, Buleleng memiliki peradaban kuno dan sangat bersejarah dari zaman dahulu, salah satunya adalah Pura Penegil Dharma yang memiliki karakteristik kuat, sejak pemerintahan Wangsa Warmadewa abad ke-9. Itu jangan sampai tergerus demi sebuah pembangunan di masa depan,” kata Ida Dalem, di sela pertemuan. 

Dikatakan, walaupun uang bisa menggeser dan membangun lebih megah lagi akan tetapi nilai sejarahnya tidak akan bisa dibeli dan tidak tergantikan. Sehingga, wacana Bandara Bali utara dibangun di tengah laut, tanpa merusak daratan itu menjadi hal yang baik dan pasti didukung semua pihak. “Biarkan kesakralannya ada, biarkan budayanya terjaga karena itu akan mendatangkan wisatawan ke Bali, dan itu yang terjadi selama ini di Bali, kami di Klungkung juga sangat menjaga hal itu,” ujarnya.

Hal itu juga diamini Panglingsir Puri Ageng Blahbatuh Anak Agung Ngurah Alit Kakarsana. Selain tidak menggusur situs budaya juga tidak menggusur sekolah SMA Bali Mandara di kawasan itu. “Dibawa ke laut sudah paling pantas, karena untuk kargo khususnya seperti di luar negeri akan lebih leluasa, dan menghidupkan sektor ekspor dari Indonesia melalui Bali ke depannya,” sebutnya. Sedangkan Presiden Direktur PT BIBU Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo menyatakan kehadiran puri-puri se-Bali untuk mendukung pembangunan Bandara Bali utara adalah sebuah dukungan moril. Karena, ia ingin memastikan pembangunan dilakukan secara aman dan tidak merusak alam di daratan, lebih-lebih kawasan suci Pura.

“Proyek Bandara Bali Utara ini adalah inisiatif dari sektor swasta dan tidak menggunakan dana pemerintah, investornya dari perusahaan China, Chang Ye Construction Group dengan nilai kerja sama US$ 3 Miliar atau Rp 50 triliun,” kata Erwanto. Sehingga pembangunan akan murni menggunakan dana swasta tanpa sedikitpun dana dari APBN apalagi dana APBD Bali. “Targetnya 2027 selesai satu runway, karena saat itu diprediksi (Bandara) Ngurah Rai bakal penuh sekali, makanya kita kejar itu 2027 harus selesai satu runway dan sudah langsung beroperasi, dengan serapan tenaga kerja sekitar 200.000 orang,” ujarnya. 7 nvi
Read Entire Article