Generasi Muda Celuk Enggan Lanjutkan Kerajinan Perak

1 month ago 10
ARTICLE AD BOX
Perbekel Desa Celuk I Nyoman Rupadana mengatakan dari tahun ke tahun jumlah perajin perak yang aktif berkarya mengalami penurunan. Menurut Rupadana, dulu seluruh rumah tangga berprofesi sebagai perajin perak. Kini dominan tidak punya penerus usaha. “Generasi mudanya enggan terjun ke perak. Mungkin jamannya sudah berbeda,” ungkap Rupadana, belum lama ini. Metode pewarisan yang diterapkan pada masa itu adalah metode partisipatif yang melibatkan secara langsung anak-anak, keluarga dekat, dan tetangga sekitar untuk belajar membuat kerajinan perak. Saat ini metode pewarisan yang diterapkan masih sama, hanya saja minat generasi muda mempelajari cara membuat kerajinan perak cenderung berkurang. 

“Anak-anak sekarang cenderung sibuk dengan kegiatan belajar di sekolah ditambah les. Jadi tidak bisa seperti anak-anak jaman dulu yang setengah harinya dimanfaatkan untuk membantu orang tua membuat kerajinan perak. Setelah tamat SMA, biasanya mereka enggan terjun ke perak,” terangnya. Akibat dari menurunnya minat generasi muda Celuk menekuni perak, jumlah perajin perak Celuk saat ini tersisa sekitar 100 rumah tangga. “Jumlah KK sekitar 300-an. Hampir seluruhnya masih mengerjakan perak. Mereka yang tua sulit mengerjakan karena perlu ketajaman mata,” jelas Rupadana. 

Rupadana tetap berupaya mempertahankan julukan Desa Celuk sebagai pusatnya kerajinan perak di Bali, khususnya Gianyar. “Intinya bagaimana caranya membangkitkan semangat generasi muda untuk menekuni perak,” ujarnya. Rupadana menyambut antusias perhatian pemerintah untuk menjaga eksistensi perak di Celuk. Salah satunya dengan sentra industri kecil dan menengah (IKM) di Desa Celuk. “Dengan adanya gedung IKM Celuk dan pelatihan maupun pembinaan, kami berharap bisa mempertahankan dan menyandang konsep one village one product,” jelasnya. 

Dengan kemajuan teknologi permesinan, Rupadana yakin jika dulu produksi kerajinan perak sebatas peralatan upacara seperti bokoran, caratan, sangku, dan sejenisnya kini semakin bervariasi. Desain dan motif tidak lagi terpaku pada desain dan pakem tradisional. Kreasi-kreasi baru mulai dikembangkan sesuai keinginan pasar, khususnya selera wisatawan asing. “Perak masih berpotensi untuk ekspor,” ungkap Rupadana. 7 nvi
Read Entire Article