Lomba Ogoh-Ogoh Mini dan Tapel se-Bali Warnai HUT ST Kumuda Jaya ke-58 di Karangasem

2 weeks ago 5
ARTICLE AD BOX
Ketua Panitia, I Gede Wikram Aditya Baruna, menjelaskan bahwa lomba ini merupakan inovasi baru di Karangasem dan diharapkan dapat memperkenalkan serta melestarikan seni budaya Bali. “Kami berusaha menghadirkan kegiatan yang berbeda, khususnya di Karangasem, mengingat belum ada ST di daerah ini yang menggelar lomba serupa,” ujarnya.

Sebelumnya, acara serupa pernah diselenggarakan di Tirta Gangga dan Omkara Festival, tetapi kali ini ST Kumuda Jaya menghadirkannya sebagai bagian dari peringatan hari jadi.
Menurut Wikram, lomba ini bertujuan untuk melibatkan anak-anak muda dan menginspirasi mereka untuk turut melestarikan budaya Bali. “Generasi penerus diharapkan mampu menjaga dan melestarikan tradisi, dan melihat anak-anak terlibat aktif tentu sangat membanggakan bagi kami,” tambahnya.

Lomba Ogoh-Ogoh Mini ini diikuti oleh 13 peserta, sedangkan lomba Tapel Ogoh diikuti oleh 36 peserta dari seluruh Bali. Mengusung tema “Merajut Kebersamaan sebagai Pilar Keberlanjutan Berbudaya,” acara ini juga bertujuan untuk menarik perhatian wisatawan sekaligus memupuk semangat persatuan melalui budaya.

Karya tapel ogoh-ogoh memeriahkan HUT ST Kumuda Jaya. -NGURAH ARYA DINATA

Sementara itu, salah satu juri, I Gede Hadi Susena, mengapresiasi antusiasme masyarakat Karangasem. “Ini kali kedua saya menjadi juri untuk lomba serupa, sebelumnya di Tirta Gangga. Meski baru merintis, Karangasem menunjukkan semangat yang hebat, bahkan peserta dari Denpasar turut berpartisipasi di sini,” kata Hadi Susena. Ia berharap agar ke depan, pemerintah juga memberikan dukungan lebih untuk acara-acara budaya seperti ini sebagai upaya pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi kreatif.

Dalam lomba ini, penilaian dilakukan berdasarkan beberapa aspek seperti anatomi, karakter, ciri khas, kesesuaian dengan cerita, serta penggunaan bahan daur ulang. Hadi Susena menekankan pentingnya perhatian terhadap anatomi dan ekspresi, terutama pada ogoh-ogoh mini, agar hasil karya bisa semakin realistis dan sesuai tema.

Dwiaga, perwakilan juri lainnya, menyampaikan evaluasi teknis. Ia menyoroti pentingnya ukuran anatomi ogoh-ogoh, serta ekspresi yang sesuai dengan tema cerita yang diusung. “Kerangka dan ekspresi wajah sangat penting. Jarak antara mata, hidung, mulut, dan elemen lain juga harus diperhatikan agar hasil akhirnya terlihat sesuai dan realistis,” jelasnya.

Acara ini dihadiri oleh Kelian Desa Tampuagan dan tokoh masyarakat setempat, serta perwakilan OPD yang turut mendukung pelestarian budaya. Lomba ogoh-ogoh mini dan tapel ogoh menjadi momentum bagi ST Kumuda Jaya untuk membangkitkan kesadaran budaya di kalangan pemuda dan masyarakat luas.

Dengan penyelenggaraan ini, diharapkan seni ogoh-ogoh, khususnya di Karangasem, semakin berkembang dan menjadi ajang apresiasi bagi para seniman muda Bali dalam melestarikan kekayaan budaya. *m03

Read Entire Article