ARTICLE AD BOX
Penyakit ini disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella Zoster, virus yang juga menjadi penyebab cacar air. Setelah infeksi pertama, virus ini tetap berada di tubuh dalam kondisi inaktif, tetapi dapat kembali aktif seiring melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Menurut dr. Johan Wijoyo, Head of Medical Adult Vaccine GSK Indonesia, risiko Herpes Zoster meningkat pada kelompok usia di atas 50 tahun, di mana sistem imun tubuh mulai melemah. “Lebih dari 90% orang dewasa memiliki virus Varicella Zoster dalam tubuh mereka. Usia adalah faktor risiko utama, dan sebagian besar kasus Herpes Zoster terjadi pada individu usia 50 tahun ke atas,” jelasnya.
Virus ini tak lain adalah "virus tidur" pasca di masa lalunya pernah mengalami cacar air. Ternyata setelah sembuh dari cacar air, tak serta merta menghilangkan virus tersebut, melainkan hanya "tertidur" dan di masa usia lanjut kembali berpotensi reaktive.
Selain usia, individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV, kanker, atau penyakit autoimun, juga memiliki risiko tinggi. Data tahun 2022 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara untuk jumlah penderita HIV/AIDS, dengan Bali berada di peringkat keenam secara nasional. Fakta ini membuat pencegahan Herpes Zoster menjadi semakin relevan, terutama di kalangan penduduk Bali yang memiliki 1,2 juta penduduk usia 50 tahun ke atas.
Gejala dan Komplikasi Herpes Zoster
Herpes Zoster ditandai oleh ruam lepuh yang sangat menyakitkan, biasanya muncul di satu sisi tubuh atau wajah. Ruam ini dapat menyebabkan rasa nyeri, gatal, kesemutan, atau mati rasa sebelum benar-benar terlihat. Luka akibat ruam biasanya mengering dalam 10-15 hari dan sembuh dalam 2-4 minggu.
Namun, komplikasi dapat terjadi. Komplikasi paling umum adalah Post-Herpetic Neuralgia (PHN), yaitu nyeri saraf jangka panjang yang bisa berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. “Nyeri ini sering memengaruhi kualitas hidup pasien, mengganggu tidur, aktivitas sosial, bahkan menyebabkan depresi,” ungkap dr. Johan kepada NusaBali.com belum lama ini.
Selain PHN, Herpes Zoster juga dapat menyebabkan komplikasi serius lainnya, seperti kehilangan penglihatan jika ruam muncul di area mata, infeksi bakteri pada ruam, hingga komplikasi langka seperti pneumonia, gangguan pendengaran, inflamasi otak, atau bahkan kematian.
Pencegahan Melalui Vaksinasi
Pencegahan Herpes Zoster kini menjadi perhatian utama di dunia kesehatan. Per Juli 2024, jadwal imunisasi dewasa di Indonesia telah diperbarui dengan memasukkan vaksin Herpes Zoster sebagai rekomendasi oleh Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI.
“Vaksin Herpes Zoster direkomendasikan untuk orang dewasa usia 50 tahun ke atas dan individu usia 18 tahun ke atas dengan kondisi imunokompromais, baik mereka yang pernah mengalami Herpes Zoster maupun belum,” ujar dr. Johan.
Meski demikian, ada beberapa pengecualian. Ibu hamil, misalnya, belum direkomendasikan untuk menerima vaksin ini. Namun, pasien dengan kondisi imunokompromais seperti yang sedang menjalani kemoterapi, penggunaan steroid dosis tinggi, atau memiliki imunodefisiensi tetap dapat divaksinasi, dengan atau tanpa riwayat Herpes Zoster sebelumnya.
Edukasi dan Penanganan Herpes Zoster
Selain vaksinasi, edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan ruam dan segera berkonsultasi dengan dokter juga menjadi langkah penting. Dr. Johan mengingatkan bahwa pengobatan antivirus paling efektif diberikan dalam waktu kurang dari 72 jam setelah ruam muncul. “Pasien juga dianjurkan menjaga agar ruam tetap bersih dan kering, mengenakan pakaian longgar, serta menggunakan kompres dingin untuk mengurangi risiko infeksi,” tambahnya.
Penyebaran Herpes Zoster sendiri tidak seperti cacar air. Virus hanya dapat menular melalui kontak langsung dengan cairan lepuh dari pasien kepada individu yang belum pernah terkena cacar air atau tidak terlindungi dari virus ini.
Di tengah angka kasus yang tinggi dan potensi komplikasi serius, edukasi tentang pencegahan Herpes Zoster perlu lebih digencarkan. Dengan vaksinasi dan penanganan dini, risiko dan dampak penyakit ini dapat diminimalkan, memberikan harapan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat yang rentan.