ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Lembaga survei Charta Politika rilis hasil survei elektabilitas pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 2 Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta (Koster-Giri) mengungguli paslon nomor urut 1 Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS). Menurut Charta Politika elektabilitas Koster-Giri mencapai 69,8 persen sedangkan Mulia-PAS 23,8 persen. Sementara sisanya 6,5 persen menjawab tidak tahu.
"Jika dilihat secara statistik, bisa disimpulkan Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta unggul dominan atas pasangan calon lainnya," sebut peneliti Charta Politika Indonesia, Ardha Ranadireksa, dalam keterangan pers yang diterima NusaBali, Jumat (22/10). Ardha juga menyampaikan elektabilitas perseorangan masing-masing calon. Dalam hasil survei elektabilitas Calon Gubernur Koster unggul 68,1 persen dibandingkan Made Muliawan Arya atau De Gadjah dengan elektabilitas 22,9 persen. Sementara itu, calon wakil gubernur nomor urut 2 Giri Prasta juga unggul dengan elektabilitas 72,9 persen. Jauh di atas PAS yang hanya dipilih sebanyak 19,8 persen.
"Tingkat kemantapan pilihan terhadap Calon Gubernur-Calon Wakil Gubernur Provinsi Bali sudah terbilang tinggi, berada pada angka 72,8 persen responden menyatakan sudah mantap pada pilihannya," jelas Ardha. Keunggulan paslon Koster-Giri sejalan dengan hasil survei tingkat kepuasan terhadap kinerja Pemerintah Provinsi Bali. Dalam survei tersebut, sebanyak 84,7 persen responden menyatakan sangat puas dan cukup puas atas kinerja Pemerintah Provinsi Bali. Hanya 14,7 persen responden yang menyatakan kurang puas dan tidak puas sama sekali.
Charta Politika menyelenggarakan survei ini pada 30 Oktober hingga 6 November 2024 yang dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel sebanyak 1.200 responden yang tersebar secara proporsional di kabupaten/kota di Provinsi Bali. “Metode yang digunakan adalah metode acak bertingkat dengan margin of error atau batas kesalahan kurang lebih 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen,” ujar Ardha.
Untuk diketahui, Charta Politika Indonesia merupakan lembaga survei yang dipimpin Yunarto Wijaya sebagai direktur eksekutif. Charta Politika termasuk lembaga survei yang terdaftar resmi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahun 2024. Lembaga ini termasuk lembaga survei, jajak pendapat, dan penghitungan cepat hasil Pemilu 2024 yang telah diumumkan KPU pada 6 Februari 2024 lalu.
Sebelumnya lembaga survei View Data Indonesia, pada Sabtu (16/11) juga merilis hasil survei yang menunjukkan elektabilitas duet Koster-Giri mengungguli paket Mulia-PAS.
Pada survei yang dilakukan pada periode 26 Oktober-2 November 2024, Koster-Giri mendapatkan dukungan sebesar 70,4 persen, sedangkan pasangan Mulia-PAS hanya memperoleh dukungan 28,5 persen. Sementara itu sebanyak 1,1 persen responden menyatakan atau menjawab ‘tidak tahu/rahasia’. Survei View Data Indonesia ini dilakukan dengan sampel sebanyak 400 responden di 8 kabupaten dan 1 kota, sehingga jumlah semua sampel sebanyak 3.600 responden. Pemilihan responden dengan metode multi-stage random sampling dengan tingkat margin of error sebesar +/- 2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Merespon hasil survei Charta Politika ini, Ketua Tim Pemenangan Koster-Giri, IGN Alit Kusuma Kelakan menyebutkan pasangan Cagub-Cawagub Koster-Giri selalu percaya dengan lembaga survei yang menggunakan metode yang jelas dan sudah dikenal masyarakat. “Kita selalu percaya survei yang metodenya jelas dan dikenal masyarakat. Nah, soal hasil survei kita tak berpatokan dengan satu lembaga survei saja. Kita ada dua lembaga survei untuk dijadikan pembanding,” ujar Alit Kelakan dikonfirmasi, Jumat malam.
Ketua Bappilu DPD PDIP Bali ini menegaskan lembaga survei yang dijadikan acuan oleh Koster-Giri saat ini adalah Charta Politika dan View Data Indonesia. “Dua lembaga ini metodenya mirip. Ini dasar kami mempercayai survei yang berjalan,” ujar Alit Kelakan. Anggota Fraksi PDIP DPR RI Dapil Bali ini menegaskan, dengan hasil dua lembaga survei yang sudah dipublikasikan ke masyarakat dengan menempatkan pasangan Koster-Giri unggul telak dari pesaingnya Mulia-PAS, tidak membuat mereka jumawa.
“Hasil ini tidak membuat kami jumawa. Ada variabel terkait, justru kita akan mantapkan gerakan tim, tokoh, partai pengusung dan pendukung untuk turun ke masyarakat, agar angka kemenangan makin naik dan makin mantap,” tegas politisi asal Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat yang mantan Wakil Gubernur Bali periode 2003-2008 ini.
Alit Kelakan juga menyebutkan pada saat 27 November 2024 mendatang, pasangan Koster-Giri sudah siap mengawal suara di TPS (Tempat Pemungutan Suara). “Kami kerahkan saksi inti yang bertugas secara resmi di TPS dan di-back up penuh oleh regu penggerak pemilih (guraklih) yang akan mengkondisikan di lapangan, mencegah money politcs, antisipasi kecurangan dan memastikan proses pemilihan berjalan jurdil,” tegas Alit Kelakan.
Sementara itu Ketua Tim Pemenangan pasangan Calon Gubernur-Calon Wakil Gubernur (Cagub-Cawagub) Bali, Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS), I Kadek Budi Prasetya alias Rambo memberikan tanggapan atas hasil survei terbaru yang dirilis Charta Politika yang dirilis, Jumat kemarin. “Kami memahami fungsi survei, baik untuk propaganda kampanye maupun database strategi,” ujar Rambo, Jumat kemarin.
“Namun kami tetap menghargai hasil survei tersebut dan menggunakannya sebagai bahan evaluasi strategis,” imbuhnya. Rambo juga mengomentari survei internal pihak Koster-Giri yang awalnya menyebut keunggulan signifikan melalui lembaga yang menamakan diri View Data Indonesia sebesar 70,4 persen untuk Koster-Giri, dan 28,5 persen untuk Mulia-PAS. “Kami memilih fungsi kedua survei, yakni, menggunakan data internal untuk menyusun strategi pemenangan. Sebagai penantang, kami sadar tidak bisa bermain terbuka karena lapangan awalnya dikuasai oleh petahana," jelas Rambo.
Menurutnya, strategi tertutup ini terbukti efektif, dengan hasil survei internal yang menunjukkan keunggulan 4,6 persen. Saat ini, lanjut Rambo, fokus utama tim Mulia-PAS adalah mengejar angka swing voters yang masih tinggi. Rambo menyebut tingginya angka swing voters di Bali yang mencapai 32,7 persen, jauh lebih besar dibandingkan daerah lain seperti DKI Jakarta yang hanya sekitar 20 persen. Menurutnya, angka ini mencerminkan dinamika politik di Bali yang sangat kompetitif.
Rambo mengungkapkan pergerakan Mulia-PAS sebagai underdog, dimulai dengan tertinggal 14 persen, namun kini mampu unggul 4,6 persen pada survei yang berlangsung 5-14 November dengan margin error 1,1 persen. "Kami mencatat pertumbuhan luar biasa melalui tiga survei internal yang kami lakukan. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi kami untuk terus meningkatkan elektabilitas," tambahnya.
Rambo menilai bahwa memilih Mulia-PAS adalah langkah logis mengingat kondisi keuangan Pemprov Bali saat ini. Ia menyebut adanya rencana pemerintah meminjam Rp842,85 miliar serta kewajiban melunasi utang PEN sebesar Rp245 miliar per tahun sebagai bukti perlunya perubahan kepemimpinan. "Kami ingin membawa Bali keluar dari kebijakan utang seperti ini. Dengan dukungan masyarakat, Astungkara, Mulia-PAS sudah berada di jalur kemenangan," tutup Rambo yang juga Sekretaris DPD Partai Gerindra Bali ini.
Sedangkan jelang akhir masa kampanye Pilkada 2024, Lembaga Kajian dan Penelitian Peradah (LKPP) umumkan hasil polling Pilgub Bali 2024. Hasilnya, dua pasangan Cagub-Cawagub bersaing sengit. Ketua LKPP, D Sures Kumar mengatakan, polling tersebut mereka lakukan dalam rentang waktu antara September sampai November 2024.
"Polling dilakukan secara terbuka ke publik melalui media sosial dan wawancara secara random. Dari hasil olah data didapatkan hasil polling, pasangan Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana dengan hasil 47,9 %. I Wayan Koster - I Nyoman Giri Prasta dengan hasil 43,6 %," ujar Sures dalam keterangan tertulisnya, Jumat kemarin.
Sedangkan 8,5% merahasiakan pilihan, tidak tahu, tidak jawab dan belum ada pilihan. Sures menjelaskan, LKPP menyelenggarakan polling pada 27 September sampai 21 November 2024, dengan responden Masyarakat Bali yang memiliki hak suara. Mereka juga berlatarbelakang beragam. Polling dilaksanakan dalam rangka memahami dinamika sosial dan politik Bali. Selain itu, sebagai upaya menampung aspirasi Masyarakat Bali terhadap Gubernur dan Wakil Gubernur Bali yang nantinya akan memimpin Bali untuk lima tahun ke depan.
Polling juga tidak semata-mata memilih pasangan Calon, namun juga memberikan ruang responden menyampaikan aspirasi. "Hal ini, untuk kemajuan Bali kedepan serta penilaian responden mengapa memilih pasangan calon untuk Bali lebih baik lagi," papar Sures. 7 ad, mao, nat, k22