Unik! Perumahan di Desa Sedang, Abiansemal Menyimpan Lokasi Melukat nan Magis

1 month ago 17
ARTICLE AD BOX
Di dalam Perumahan Pondok Intan Asri tidak jauh dari lokasi SMAN 2 Abiansemal di Subak Uma, Desa Sedang terdapat tempat suci bernama Pura Taman Beji. Pura ini menjadi tempat melukat dan pengobatan non medis atau disebut pula matamba.

Pura beji (tempat 'pemandian' suci) biasanya berlokasi di daerah terpencil, jauh dari pemukiman warga, terkesan angker, dan kramat. Namun, pura untuk pemandian niskala ini justru berada di dalam perumahan dan menempel dengan pemukiman warga setempat.

Berawal dari Bulakan (Mata Air)

Jero Mangku Pura Taman Beji Nengah Sandra, 74, menuturkan secara historis pura beji ini terbilang baru yakni didirikan tahun 2004. Sebelumnya, tidak terdapat pura semacam namun sudah ada mata air yang mengalir tidak putus-putus tepat di mana pura sekarang berada.

"Konon, dulu ada bulakan (mata air) tepat di mana pura sekarang berdiri. Kemudian, ada pengembangan perumahan dan bulakan itu terdampak karena ada pembangunan senderan," ujar Mangku Sandra kepada NusaBali.com, ditemui di Pura Taman Beji, Jumat (11/10/2024).

Mata air yang dulunya jadi sumber mata air untuk warga itu kebetulan berada di lereng sungai yang melintasi Subak Uma Sedang. Jika diikuti alirannya, sungai ini juga mengarah ke wilayah situs cagar budaya Pura Dalem Solo yang disucikan warga Desa Adat Sedang.

Jero Mangku Pura Taman Beji Nengah Sandra.

Karena terdampak pembangunan perumahan yang kala itu diperuntukan sebagai Kompleks Perumahan Polri Polda Bali, mata air tidak putus-putus itu ditata menjadi semacam sumur. Lantas, pengembang mendirikan palinggih non permanen (turus lumbung).

Mangku Sandra mengungkapkan salah seorang tim pengembang yang berasal dari Kintamani, Bangli meminta agar didirikan pura. "Pastinya saya tidak tahu bagaimana, tapi beliau itu memang orang yang bisa (secara spiritual). Mungkin mendapat wangsit kemudian dibikinkanlah pura," imbuh pamangku pensiunan Polri ini.

Mangku Sandra sendiri baru mengabdi di Pura Taman Beji sejak tahun 2013. Sebelumnya, pura seluas sekira satu kavling rumah ini tidak memiliki pamangku meskipun Mangku Sandra lah yang paling rajin dan terpanggil merawat, membersihkan pura.

Pura Taman Beji kini disucikan ratusan kepala keluarga (KK) beragama Hindu penghuni perumahan. Pura ini juga menjadi beji (pemandian) Ida Bhatara yang berstana di parahyangan Perumahan Pondok Intan Asri, Pura Jagatnatha, dan diakui keberadaanya oleh Desa Adat Sedang.


Ada Panunggun Karang, Ular Hitam-Kuning Muncul Jelang Hari-Hari Suci

Terdapat
tiga palinggih di dalam areal Pura Taman Beji. Namun awalnya hanya ada
dua palinggih yaitu padmasana sebagai palinggih umum, penghormatan
kepada Ida Ratu Niang Sakti dan Ida Dukuh Sakti. Kemudian ada palinggih
sumur untuk penghormatan Ida Bhatari Danu/Dewi Gangga.

Lantas,
ada satu palinggih yang didirikan belakangan yaitu palinggih
penghormatan kepada Ida Ratu Gede Panunggun Karang. Kata Mangku Sandra,
sebelum palinggih ini didirikan, pamedek kerap tidak khusyuk saat
sembahyang akibat mendengar suara seperti ada orang berlari di sekitar
mereka.

"Setelah didirikan palinggih Ida Ratu Gede, pangijeng
karang (penunggu tempat), tidak ada lagi godaan seperti itu saat
sembahyang. Mapag rarahinan (jelang hari-hari suci), Duenida (kepunyaan
Beliau) berupa ular belang hitam-kuning muncul dari pohon sirih di
sini," tutur pamangku asal Desa Delod Berawah, Mendoyo, Jembrana ini.



Tempat Melukat, Matamba, Masesangi

Lantaran
memiliki mata air, Pura Taman Beji jadi lokasi melukat. Karena
khasiatnya dirasakan pamedek (umat), pura yang secara niskala memiliki
hubungan semacam murid dan guru dengan Pura Dalem Solo ini dikenal juga
sebagai lokasi matamba. Selain itu, juga untuk memohon keberhasilan
dalam karier.

Celetuk warga setempat mengungkap, Pura Taman Beji
ini disebut sudah 'menghasilkan banyak polisi'. Meskipun, hal ini
dikembalikan lagi ke keyakinan masing-masing pamedek yang tangkil
(berkunjung). Terkabulkan atau tidaknya doa pamedek bisa dilihat dari
kembali atau tidaknya pamedek itu.

Kala memohon, pamedek
masesangi (bernazar) misal berderma kelengkapan dan kebutuhan pura jika
permohonan dikabulkan. Ketika pamedek kembali lagi dan mendermakan
sesuatu, tandanya doa mereka dikabulkan. "Wastra dan tedung ini semua
punia (derma) pamedek," kata Mangku Sandra.

Hanya Pamangku yang Boleh Menimba Sumber Air

Kata
Mangku Sandra, tirta panglukatan diambil langsung dari sumber mata air
yang kini sudah ditata seperti sumur. Sebagaimana sumur, air dari mata
air ditimba menggunakan ember terikat tali namun tanpa katrol.

"Hanya
pamangku yang boleh menimba air air sumur ini. Pernah ada warga yang
menimba siang-siang dan saya juga tidak diberi tahu. Malamnya, katanya,
dia dicari orang besar-besar. Sejak saat itu, hanya pamangku saja yang
boleh menimba," beber pamangku umur kepala tujuh dengan dua putra ini.

Di
luar kesaksian ini, Mangku Sandra menjelaskan bahwa proses menimba itu
tidak sekadar mengambil air dari sumur. Saat menimba menggunakan ember
bertali itu, di alam niskala, pamangku tampak menimba air di mana
talinya itu sendiri berwujud ular.

Ular adalah salah satu
perwujudan ancangan (abdi) Ida Bhatara-Bhatari di Pura Taman Beji.
Bentuk abdi lainnya yang disebut Mangku Sandra adalah berwujud macan.



Piranti Panglukatan

Sementara
itu, untuk pamedek yang berniat tangkil, pamangku pensiunan perwira
pertama Polri yang dinas terakhirnya di Biro Logistik Polda Bali ini
berharap pamedek melengkapi diri dengan piranti upacara. Piranti itu
terdiri dari pejati, bungkak kelapa gading (melukat), kelapa hijau
(matamba), bunga berwarna ganjil, dan lekesan.

"Untuk lekesan
(sirih pinang) itu memang Ida Ratu Niang Sakti yang menyenangi. Tidak
jarang atas petunjuk Beliau melalui pamedek yang kerauhan meminta
pengobatan dilakukan dengan mengunyah daun sirih lantas disemburkan,"
ungkap Mangku Sandra yang juga pernah empat tahun jadi pamangku di SMAN 2
Abiansemal.


Selain itu, mengantongi lekesan setelah tangkil ke
Pura Taman Beji juga dipercaya bahwa pamedek bakal dilindungi Ida Ratu
Niang Sakti. Maka tidak heran, di dalam areal pura ditanami pohon sirih
yang kini telah lebat dan merambat ke pohon dadap (Erythrina
lithoperna).

Pohon sirih, dadap, dan pohon jambu air yang tumbuh
di areal Pura Taman Beji jadi tiga dari pohon yang tidak boleh ditebang.
Kata Mangku Sandra, pohon dadap yang tumbuh meski hanya ditusuk
sembarang ke tanah ini jadi penanda lokasi pura di alam niskala.

Warga
setempat mempercayai area yang terbentang antara Pura Taman Beji sampai
ke Pura Dalem Solo ramai dengan 'aktivitas sosial' alam niskala. Saat
nyeraya (beranjak dari suatu tempat), konon, pohon dadap ini adalah
penanda arah kembali. *rat
Read Entire Article