Kementan Sebut Ada Tiga Kunci untuk Wujudkan Swasembada Pangan

2 weeks ago 3
ARTICLE AD BOX
“Dari beberapa hal kita kerucutkan, sementara ada tiga kunci dari swasembada pangan di Indonesia. Tiga komponen inilah yang sebenarnya menjadi kunci yang kita bisa mainkan untuk bisa menggenjot produksi pangan,” kata Endro dalam diskusi daring bersama BRIN di Jakarta, Kamis (7/11/2024).

Dari sisi sarana produksi, Endro merinci beberapa hal yang perlu dipastikan ketersediaannya antara lain benih unggul, pupuk, serta alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti pompa, traktor, dan sebagainya.

Kemudian, sisi infrastruktur mencakup optimalisasi lahan 360 ribu hektare, cetak sawah 3 juta hektare, revitalisasi sistem irigasi dan bendungan, serta kesiapan penyimpanan melalui Bulog.

Terakhir dari sisi sumber daya manusia, menurut Endro, perlu melibatkan generasi milenial dan generasi Z untuk mendukung program swasembada pangan di samping keterlibatan petani dan penyuluh.

Ia mengatakan bahwa Kementan telah memiliki blueprint 2024-2029 yang salah satunya memasukkan program swasembada pangan nasional di samping empat program lainnya. Swasembada pangan diharapkan berkontribusi pada target peningkatan produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian dari 0,18 persen pada 2023 menjadi sekitar 4 persen pada 2029.

Selama beberapa tahun ke depan, Endro mengatakan bahwa Kementan dan kementerian/lembaga terkait lainnya harus benar-benar bekerja keras dan bekerja cepat untuk mewujudkan swasembada pangan, apalagi terdapat tantangan perubahan iklim (climate change) yang tidak bisa diprediksi.

“Tahun lalu juga akhirnya mundur musim tanamnya -karena tantangan iklim- dan itu merepotkan petani. Sekarang agak susah untuk memprediksi iklim. Kemarin kita bekerja sama dengan BMKG dan Kemendagri. Sekarang kita mencoba melibatkan TNI/Polri untuk komando di lapangannya,” katanya.

Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, Endro mengatakan bahwa Kementan menjalankan program solusi cepat berupa pompanisasi untuk mengantisipasi kekeringan. Langkah ini berarti melakukan pemompaan sumber air dari lokasi-lokasi yang masih belum kering sepenuhnya untuk mengairi lahan pertanian. Dengan upaya tersebut, menurut dia, setidaknya dapat menutup desifit hasil pertanian.

“Alhamdulillah walaupun produksinya tidak terlalu banyak, karena memang berkejaran dengan waktu, tapi paling tidak kita bisa menekan defisit. Kalau tidak ada pompanisasi, barangkali defisitnya akan semakin lebar sehingga ini -pompanisasi- akan menutup sedikit di kekurangan atau defisitnya itu,” kata Endro.


Read Entire Article