Koster-Giri Paparkan Visi Masa Depan Pariwisata Bali di Tengah Tantangan Ekonomi dan Budaya

1 month ago 16
ARTICLE AD BOX
Koster berbagi pandangan terkait situasi ekonomi Bali pasca pandemi COVID-19. Koster juga mencatat bahwa pemulihan ekonomi Bali masih berjalan, meskipun pertumbuhan ekonomi Bali kini tercatat mencapai 5,1%, sedikit lebih rendah dari tingkat sebelum pandemi yang mencapai 5,6%.

“Kita patut bangga, namun kita juga belum sepenuhnya pulih. Pertumbuhan ekonomi memang positif, namun kita harus waspada pada sejumlah indikator seperti tingkat kelahiran dan migrasi yang mulai menunjukkan tren menurun,” jelas Koster. 

Menurut data, tingkat kelahiran di Bali saat ini hanya mencapai 0,67%, di bawah rata-rata nasional, sementara populasi di Bali terus berkurang akibat migrasi. Hal ini menjadi perhatian serius bagi Koster dan Giri dalam mengamankan keberlanjutan budaya Bali di masa depan.

Selain itu, Koster juga menggarisbawahi kontribusi pariwisata Bali yang sangat besar terhadap perekonomian nasional. Dengan kontribusi sektor pariwisata sebesar 45% terhadap total nasional, Koster menekankan pentingnya posisi politik dan ekonomi Bali untuk tetap diperkuat demi mengoptimalkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat Bali.

Namun, di balik keberhasilan ekonomi, Koster menyoroti beberapa permasalahan serius yang dihadapi Bali. Salah satunya adalah tingginya tingkat urbanisasi dan kemacetan di wilayah perkotaan seperti Denpasar dan Badung. Ia juga menyampaikan bahwa kemacetan dan limbah, terutama dari sektor pariwisata, semakin membebani ekosistem Bali. “Produksi sampah meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan wisatawan. Ini menjadi tantangan besar bagi keberlanjutan lingkungan Bali,” ujarnya.

Giri Prasta menambahkan bahwa tantangan besar lainnya datang dari semakin banyaknya aset lokal yang diakuisisi oleh pihak asing melalui nama-nama lokal. “Perlu Perda Nominee,” tegas Giri.

Praktik mominee, menurutnya, tidak hanya merugikan masyarakat lokal tetapi juga mengancam identitas budaya dan kesejahteraan ekonomi lokal. Ia berharap ke depan, regulasi terkait kepemilikan aset bisa lebih ketat untuk melindungi hak dan kepentingan masyarakat Bali.

Selain aspek ekonomi dan lingkungan, Koster dan Giri juga menyinggung ancaman terhadap nilai budaya dan sosial di Bali. Mereka menyoroti kasus-kasus pelanggaran aturan dan tindakan kriminal oleh orang asing yang berkontribusi terhadap kerusakan citra Bali. Giri Prasta menekankan bahwa keberadaan budaya Bali harus tetap terjaga meski pariwisata terus berkembang.

Menutup acara, Koster mengajak para insan pariwisata untuk bersama-sama menghadapi tantangan dan menjadikan Bali sebagai destinasi pariwisata yang tidak hanya memprioritaskan keuntungan ekonomi, tetapi juga keberlanjutan budaya dan lingkungan. "Mari kita bersama-sama membangun Bali, bukan hanya untuk hari ini tetapi untuk generasi mendatang," pungkas Koster.

Acara hearing ini diprakarsai oleh Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali atau dikenal juga dengan nama Bali Tourism Board (BTB). Sebanyak 29 asosiasi pariwisata mencapai 600 orang menyimak paparan paslon.

Sebelum Koster-Giri, beberapa jam sebelumnya paslon nomor urut 1 Made Muliawan Arya dan Putu Agus Suradnyana juga melakukan hearing dengan insan pariwisata Pulau Dewata. 

Hearing ini diharapkan menjadi langkah awal bagi kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah daerah dan para pelaku usaha di Bali dalam menjaga keberlanjutan Bali sebagai destinasi pariwisata unggulan dunia.

Read Entire Article