Mengunjungi Pameran Repatriasi ‘Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara’ Museum Nasional Indonesia

1 month ago 17
ARTICLE AD BOX
JAKARTA, NusaBali
Setelah menjalani serangkaian revitalisasi dan pengembangan ekstensif selama satu tahun, Indonesian Heritage Agency (IHA) umumkan pembukaan kembali Museum Nasional Indonesia (MNI) untuk publik pada, Selasa (15/10). Salah satunya menggelar Pameran Repatriasi: Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara yang berlangsung dari 15 Oktober hingga 31 Desember 2024. Salah satunya yang dipamerkan adalah Keris Puputan Klungkung yang merupakan senjata yang dipergunakan dalam Perang Puputan Klungkung.

"Pameran Repatriasi ini merupakan pameran temporary. Pameran ini menampilkan koleksi Pangeran Diponegoro, Koleksi Lombok, Koleksi Museum Nusantara Delft, Koleksi Nagarakartama, Arca Singosari dan Koleksi Klungkung," ujar Ketua Tim Pengelola Koleksi Museum dan Cagar Budaya IHA, Gunawan kepada NusaBali, Selasa (15/10).

Koleksi Klungkung yang dipamerkan berupa Keris Klungkung. Dalam keterangan yang tertera, keris tersebut diyakini milik penguasa Kerajaan Klungkung, Dewa Agung Jambe II. Gagang keris berlapis emas dan sosok Bhatara Bayu, Dewa Penguasa Angin. Sementara warangka kayu berukir keemasan. Keris itu menjadi saksi peristiwa Perang Puputan Klungkung pada 28 April 1908 ketika melawan Belanda yang ingin menguasai pajak dan perdagangan opium. Dalam pertempuran itu, Raja Dewa Agung Jambe II dan pengikutnya banyak yang gugur. Keris dibawa ke Batavia dan kemudian ke Belanda. Lalu dipulangkan ke Indonesia pada 10 Juli 2023.

Menurut Gunawan, Keris Klungkung dari bentuknya terlihat mewah, karena ada gadingnya. "Selain itu, berlapis emas dan ada batunya. Keris dipulangkan ke Indonesia tahun lalu. Untuk tahun 2024 ini, ada juga koleksi Puputan Badung dan Puputan Tabanan dipulangkan ke Indonesia, namun belum dipamerkan," terang Gunawan. Koleksi dari Puputan Badung dan Tabanan berupa perhiasan dan keris. Kerisnya, kata Gunawan, bukan sembarang keris. 

Melainkan, keris kepunyaan dari Raja Badung dan Raja Tabanan. Bentuknya juga mewah, karena materialnya dari emas dan ada batu permata seperti halnya koleksi Puputan Klungkung. Selain itu, ada pula pintu dari Puri Badung sepanjang empat meter lebih yang dipulangkan. "Pintu tersebut kelihatan bekas terbakarnya. Itu mengingatkan kita, bahwa konteks benda tersebut terkait proses peperangan," terang Gunawan. Semua rampasan dari Perang Puputan Klungkung, Badung dan Tabanan dipulangkan ke Indonesia langsung ditempatkan di MNI tanpa mampir ke Bali. Pemulangan itu, berdasarkan negosiasi G to G (Goverment to Gevorment) dalam hal ini yang mewakili pemerintah pusat adalah Kemendikbud Ristek. "Jadi, Perjanjian itu ditandatangani Bapak Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid langsung," jelas Gunawan. Meski negosiasi dilakukan G to G, bila Provinsi Bali atau kabupaten terkait ingin mengadakan pameran dengan menampilkan koleksi dari Perang Puputan diperbolehkan.

Hal itu, pernah dilaksanakan pada 2008 lalu. Kala itu, Pemerintah Kabupaten Klungkung ingin memperingati 100 tahun Puputan Klungkung. Pemerintah Kabupaten Klungkung datang ke MNI untuk meminjam beberapa senjata pusaka yang dianggap memiliki nilai khusus. Waktu itu, yang terpilih tombak dan keris kenegaraan yang dipinjam selama tiga hari. Gunawan pula yang langsung mengantarnya. "Kami memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pemerintah daerah untuk tetap bisa memamerkan koleksi tersebut. Apalagi, konteks sejarahnya dari sana sehingga tidak mungkin tak kami perbolehkan," papar Gunawan. Namun, untuk proses penyimpanan dan proses pengelolaannya tetap di MNI.

Keris Pusaka Puri Klungkung (tengah) di Pameran Repatriasi, Selasa (15/10). –NOPIYANTI 

Memang ada ahli waris dari setiap koleksi Perang Puputan yang dipulangkan ke Indonesia, tetapi koleksi itu merupakan milik negara dan menjadi aset nasional. Dengan begitu, menjadi kebanggaan pula bagi ahli waris maupun masyarakat setempat lantaran perjuangan leluhur mereka dalam Perang Puputan selalu dikenang.

Disinggung bagaimana mengetahui, jika itu merupakan koleksi dari Perang Puputan yang telah ratusan tahun berlalu, Gunawan menjelaskan, pihak Belanda selalu melakukan proses pencatatan, pembuatan surat atau laporan mengenai suatu benda. Selain itu, ada pula tim repatriasi dari pihak Belanda dan Indonesia. Tim tersebut, melakukan proses provenans atau riset asal usul bagaimana benda diperoleh, dari mana dan oleh siapa. "Berbeda dengan kita yang terbiasa secara lisan. Makanya, untuk mencari arsip paling banyak ada di Belanda. Lantaran mereka menyimpan banyak arsip," terang Gunawan. Gunawan berharap, selanjutnya masih ada barang-barang penting Indonesia lagi yang bisa dipulangkan.

Pameran Repatriasi : Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara sendiri terbuka untuk kalangan umum. Masyarakat pun, terlihat antusias melihat pameran itu. Bahkan, sejak proses pembukaan MNI dua hari lalu. "Mereka begitu takjub melihat pameran ini. Terlebih melihat arca dan keris pusaka, banyak pertanyaan beruntun yang ditanyakan seperti bagaimana membawanya," imbuh Gunawan. 7 k22
Read Entire Article