Undiksha Uji Publik Paslon Bupati-Wakil Bupati Buleleng 2024

1 month ago 13
ARTICLE AD BOX
Bertempat di gedung seminar Undiksha, masing-masing paslon diberi kesempatan menyampaikan visi misi prioritas pembangunan Buleleng ke depan, di hadapan dosen dan mahasiswa. Paslon Nomor Urut 1 Ok Gas (I Nyoman Sugawa Korry–Gede Suardana) dan Paslon Nomor Urut 2 JOSS 24 (I Nyoman Sutjidra–Gede Supriatna) kompak ingin mewujudkan Kota Pendidikan.

Masing-masing paslon hadir secara terpisah. Panitia Penyelenggara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Undiksha, memberikan kesempatan pertama untuk paslon Ok Gas yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, Sabtu pagi. Dalam paparan dan diskusi dari pertanyaan dosen dan mahasiswa Calon Bupati (Cabup) Sugawa Korry menyebut akan menyiapkan beasiswa kuliah penuh. Beasiswa ini akan diberikan untuk tamatan SMA/SMK yang mau melanjutkan kuliah dan mengambil jurusan pertanian.

“Kami ingin memotivasi generasi muda untuk mencintai pertanian. Karena sekarang jumlah petani sudah sangat sedikit, di sisi lain kita berbicara ketahanan pangan yang sumbernya dari lahan pertanian,” kata Sugawa Korry.

Sistem beasiswa nanti akan dibahas lebih lanjut dan berkomunikasi dengan perguruan tinggi (PT) di Buleleng yang memiliki jurusan pertanian. Selain itu Paslon Ok Gas ini juga berjanji akan menggratiskan pendidikan dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga SMP.

Biaya pendidikan gratis juga akan dikaji untuk diberlakukan tidak hanya di sekolah negeri tetapi juga di swasta. “Setidaknya nanti kita lakukan bertahap dulu, disesuaikan dengan kapasitas kemampuan keuangan daerah. Tentu partisipasi dari provinsi dan pusat juga kita harapkan mendukung program ini,” imbuh Sugawa Korry.

Dua program prioritas ini tidak lain untuk mewujudkan Buleleng sebagai Kota Pendidikan. Buleleng dengan luas wilayah, jumlah penduduk, dan jumlah sekolah dan perguruan tinggi yang ada, sangat potensial untuk ditetapkan menjadi kota pendidikan.

Menurut Sugawa Korry, untuk mewujudkan kota pendidikan di Buleleng, tugas utama yang harus dikerjakan terlebih dahulu, meningkatkan rasio lama sekolah secara umum yang masih 6-7 tahun atau setara tamat SD. Sedangkan untuk rata-rata lama sekolah pada kelompok generasi milenial baru di angka 9-10 tahun atau setara SMP.

“Saya yakin dengan keberadaan Undiksha yang punya pakar-pakar dan profesor hebat, kita bisa merancang grand design kota pendidikan. Apa yang masih kurang kita benahi dan sempurnakan,” ucap Ketua DPD I Golkar Bali ini.

Selain masalah pendidikan, paslon ini juga menyampaikan prioritas program bidang seni budaya, peningkatan perekonomian dengan trisula investasi pengembangan tiga kawasan strategis di Buleleng, termasuk pemenuhan dan dukungan bidang olahraga.

Sementara itu paslon Jengah Optimis Sukseskan Sutjidra-Supriatna 2024 (JOSS 24) diberikan kesempatan menyampaikan visi misi pada Sabtu siang. Saat penyampaian visi misi, paslon yang diusung PDI Perjuangan dan partai koalisi juga menyoroti soal cita-cita mewujudkan Kota Pendidikan di Buleleng.

Cabup Sutjidra didampingi Supriatna menyebut untuk menetapkan Buleleng sebagai kota pendidikan masih banyak hal yang harus dilakukan. Mulai dari penyiapan infrastruktur pendidikan. Terlebih dari ratusan sekolah pendidikan dasar di Buleleng, masih banyak yang masih kekurangan kelas atau overloaded akibat perkembangan jumlah penduduk.

Persoalan pelayanan dasar pendidikan harus dicarikan solusi permanen. Pertama yang harus dilakukan yakni membuat Peraturan Daerah (perda) Kota Pendidikan dengan ketentuan dan aturan turunannya berupa Peraturan Bupati (Perbup). Setelah itu baru diupayakan pemenuhan sarana prasarana penunjang.

“Masih banyak sekolah yang kekurangan ruang kelas belajar, itu bisa dibangun ruang kelas baru (RKB). Kalau sekolah kepenuhan karena di wilayah padat penduduk harus dibuatkan sekolah baru. Seluruh persoalan ini harus dianalisa dan asesmen untuk menentukan solusi yang tepat,” kata Sutjidra.

Siswa kurang mampu harus diberikan beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi (PT). Dan juga anak-anak yang berprestasi harus diapresiasi dengan beasiswa pendidikan. “Semakin banyak tamat sarjana, maka peluang mendapatkan pekerjaan yang layak lebih tinggi. Dampaknya selain pengangguran berkurang, karena sudah bekerja otomatis kesejahteraan akan meningkat. Ini juga akan berpengaruh pada indek pembangunan manusia yang lama belajarnya masih rendah bisa kita tekan,” papar Sutjidra. 

“Uji publik ini adalah sejarah karena baru pertama kali Undiksha menginisiasi acara uji publik seperti ini dengan mendatangkan calon pemimpin, yakni calon bupati dan wakil bupati di Buleleng,” kata Rektor Undiksha I Wayan Lasmawan.

Menurut dia, program tersebut merupakan salah satu bentuk janji kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) untuk turut serta hadir guna berkontribusi pada pembangunan daerah.

Lasmawan menjelaskan program tersebut tidak menekankan kampanye para pasangan calon (paslon), tetapi lebih kepada menguji secara akademis program-program dari calon pemimpin Buleleng.

“Undiksha mengundang enam guru besar yang berperan sebagai panelis untuk menanyakan langsung program-program dari kedua paslon yang diundang,” kata Lasmawan.

Lasmawan mengemukakan, Undiksha merupakan kampus pendidikan tenaga kependidikan terbesar di wilayah Indonesia bagian timur dengan jumlah mahasiswa hampir sebanyak 18.000 orang, yang sebagian besar memang berasal dari daerah itu.

“Kami juga punya dosen dan pegawai sejumlah 1.172 orang. Di mana potensi Undiksha begitu menjanjikan untuk turut serta dalam pembangunan daerah,” ujarnya.

Terkhusus mengenai Buleleng, Lasmawan menilai bahwa seharusnya daerah yang dikenal dengan sebutan ‘Bumi Den Bukit’ itu harus berperan dominan dalam pembangunan Pulau Dewata.

Dia juga menyinggung agar kehadiran calon pemimpin di Buleleng pada uji publik tersebut dapat secara bersama-sama membangun sektor pendidikan di Buleleng.

Apalagi, kata dia, Undiksha saat ini sedang menuju Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTN-BH) sehingga mampu menjadi salah satu perguruan tinggi yang unggul dan diminati masyarakat.

“Jadi, kalau Buleleng atau Singaraja ingin menjadi kota pendidikan, maka harus memiliki perguruan tinggi yang unggul. Kami sedang mengarah ke sana. Kami siap berkolaborasi dengan pemerintah daerah nantinya,” ujar dia.
7 k23, ant
Read Entire Article